Takdir dalam Seduhan (Pentigraf)

 

Gambar: Close-up business man enjoying coffee (Freepik.com)




TAKDIR DALAM SEDUHAN

Telly D

Raka selalu berkata, “Kopi itu seperti karier. Kau bisa memilih biji terbaik, tapi tak bisa mengendalikan hasil seduhan.” Ia sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan ekspor, berharap jabatan naik. Namun setiap kali pintu promosi terbuka, orang lain yang melangkah masuk. Ia merasa dirinya hanyalah ampas di dasar cangkir.

Suatu pagi, saat meneguk kopi yang terlalu pahit, kabar datang: sahabat lamanya, yang dulu mundur dan membuka usaha kopi kecil, kini meraih sukses besar. Raka terdiam, iri menempel di lidah seperti gula yang tak larut. Di tengah kekecewaan itu, ia mendapat kejutan lain bos memanggilnya. Ia menduga akan dimarahi, ternyata ia justru diberi tawaran promosi. Hatinya sempat bergetar, tapi ragu tak juga pergi.

Malamnya, ia menatap kopi terakhir di meja kerjanya. Dengan keyakinan mendadak, ia menolak promosi dan mengundurkan diri, ingin mengikuti jejak sahabatnya. Namun ketika esok ia datang ke kafe sahabat itu, sebuah papan pengumuman tergantung di pintu: Ditutup Permanen. Sahabatnya bangkrut, terseret utang. Raka menatap cangkir kosong di  waung  kopi, tak semua seduhan memberi kesempatan kedua.

22.09.25

Sumber: Grup WA RVL (Rumah Virus Literasi)


Takdir dalam Seduhan (Pentigraf) Takdir dalam Seduhan (Pentigraf) Reviewed by Pak D Susanto on Senin, Oktober 13, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.