Pagi dinihari nanti (11/3/2024), insya Allah kami akan makan sahur. Oleh karena itu, pagi ini (10/10/2024) ibu negara meminta saya menyembelih ayam. Ayam betina yang sudah ia janjikan dan meminta saya untuk menyembelihnya.
Ada beberapa ekor yang ia pelihara. Kok dia? Ya, ibu negara yang lebih rajin memlihara. Saya bagian menyembelih dan membantu menghabiskan jika sudah matang.
"Sebentar, saya asah dulu pisaunya, Bu!"
Pisau yang saya beli melalui Twiter (X.com) sudah mula majal. Kasihan si ayam jika harus disembelih dengan pisau majal.
Ada hadisnya, lo. Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, beliau bersabda:
”Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan perbuatan ihsan (baik) pada tiap-tiap sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan sembelihannya.
Jadi, menajamkan pisau adalah adab dalam menyembelih hewan. Dengan mata pisau yang tajam, kulit leher segera tersayat dengan cepat dan menembus kerongkongan hingga urat nadi sang ayam terputus.
Tidak lupa membaca lafaz basmallah, takbir, dan salawat kepada Nabi Muhammad Saw.
 |
| Ayam (Dok. PakDSus) |
Daging ayam tidak langsung dimasak, kami simpan dulu di kulkas, karena hingga tengah hari ada acara dengan para sahabat. Risan rutin, Arisan Keluarag IKAS (Ikatan Keluarga Alumni Solo).
 |
| Arisan IKAS (Dok. Suyamto - WAG IKAS) |
Tradisi di Dusun Batu Kucing
Ketika saya masih bekerja di desa SDN 1 Batu Kucing, tempat tugas pertama tahun 1992, hari terakhir bulan Syakban menjadi hari yang membahagiakan. Pada saat itu, para pedagang membeli ayam 'Pramuka' dan dijual kepada para tetangga.
Ayam ‘Pramuka’ adalah ayam petelur yang berbulu coklat, mirip warna baju seragam Pramuka. Ayam petelur itu sudah tidak produktif lagi. Ayam-ayam itu dibeli para pedagang dari Kota Rupit atau Lubuklinggau. Jaraknya dari dusun (sebutan desa di pedalaman Sumatera Selatan) ke kota Rupit sekitar tiga jam perjalanan speedboat 40PK atau 6 jam perjalanan perahu ketek.
Hanya jalur sungai pada saat itu yang dapat dilewati. Jika dihitung jarak, ya, sekitar sembilan puluhan kilometer. Saat ini kendaraan cepat di sungai itu sudah jarang beroperasi. Jalan penghubung sudah ‘hidup’. Orang lebih memilih membeli mobil daripada memberi perahu tempel bermesin 40 daya kuda.
Meskipun puasa menunggu pengumuman dari pemerintah, menurut hitungan kalender, masyarakat memperkirakan awal dimulainya puasa. Pada saat itu, hampir setiap rumah tangga akan memotong ayam. Jika tidak mampu membeli seekor ayam, mereka berbagi dengan tetanga lainnya, misalnya satu ekor dibagi dua.
Jika pemerintah melalui pesawat televisi resmi mengumumkan waktu berpuasa, maka dipastikan pada saat sahur semua warga akan makan dengan lauk ayam, lauk yang cukup istimewa bagi masyarakat dusun yang jauh dari pedalaman.
Sebenarnya, tidak hanya ayam. Jika ada nelayan yang berhasil membawa pulang ikan tapa atau ikan patin yang besar atau bahkan ikan pari air tawar, maka masyarakat akan ‘berbagi’ ikan. Berbagi artinya membantai ikan dan dibeli bersama beberapa orang. Misalnya, harga ikan satu kilo lima belas ribu rupiah. Jika berat ikan mencapai 4 kilogram, maka empat kali lima belas ribu dibagi sebanyak orang yang ingin membeli, terkecuali kepala. Jika ada enam orang yang membeli maka 60.000 dibagi 6, setiap orang akan mendapat ikan sama banyak dan membayar sepuluh ribu rupiah kepada ‘tuan ikan’.
Kepala ikan biasanya tidak dijual atau jika mau akan dilelang. Pembeli dengan penawaran tertinggi ia berhak membawa pulang kepala ikan. Kepala ikan adalah bagian terlezat dibandingkan bagian tubuh ikan lainnya.
Bagaimana nasib daging ayam kami? Ibu negara memasaknya pada petang menjelang waktu maghrib. Bumbu tongseng ia siapkan, ikan yang kami lunakkan dengan panci presto pun dimasak dengan bumbu tongseng.
Pernah makan seng? Pernah makan tong? Kami petang ini memakan keduanya, makan tongseng ayam peliharaan sendiri.
Sumber: https://gurupecintaliterasi.com/2024/03/10/menyembelih-ayam-betina/
Reviewed by Pak D Susanto
on
Minggu, Maret 10, 2024
Rating:
Tidak ada komentar: